Sekitar pukul 09.00 wita, Minggu (30/11), warga Jalan Gelatik dikejutkan munculnya kepulan asap yang disertai kobaran api di salah satu rumah milik Samsudin. Beruntung, Petugas Pemadam Kebakaran bergerak cepat memadamkan api, sehingga tidak sempat melalap rumah lain yang berada di sekitar lokasi kebakaran.
Menurut saksi mata Lina, awalnya dirinya sempat tidak yakin, jika ada kebakaran karena cuaca saat itu dalam keadaan gerimis. Tapi, saat mendengar sirine mobil pemadam kebakaran, dirinya baru yakin, jika rumah tetangganya telah dilalap api. “Awalnya, hanya lihat asap. Saya berpikir, orang sedang membakar sampah apalagi cuaca sedang gerimis. Tapi saat mendengar sirine pemadam, saya baru yakin jika ada kebakaran,” ungkapnya, Minggu (30/11).
Sementara Itu, saat dikonfirmasi Koran Kaltara, pihak keluarga korban Nurlian (adik ipar korban) mengatakan, saat kejadian kakak iparnya Samsudin sedang baring sambil menjaga warung sembakonya. Kebetulan, saat itu keadaan rumah sepi. Ia juga mengatakan, belum ada keterangan resmi penyebab musibah kebakaran itu. Tapi, pihaknya menduga kebakaran ini disebabkan ledakan kompor gas, karena diketahui api berasal dari arah dapur.
“Dari keterangan kakak saya tadi, ia sedang baring menonton televisi di warungnya yang kebetulan dijaganya. Tiba-tiba, kobaran api yang menurutnya berasal dari arah dapur menyambarnya. Saat ini, kakak saya sudah dirujuk ke Kota Tarakan untuk mendapatkan perawatan, karena luka bakar yang dideritanya,” jelasnya. Selain itu, ia mengatakan dari musibah tersebut dipastikan kerugian materiil sekitar Rp100 juta.
Ia juga menyayangkan lambatnya petugas pemadam kebakaran ke lokasi kejadian, padahal jarak dari markas PMK menuju tempat kejadian tidak lebih dari tiga kilometer. “Selain kakak ipar saya yang menjadi korban luka bakar, kerugian yang kami terima atas musibah ini tidak sedikit. Diperkirakan, mencapai Rp100 juta. Selain itu, saya juga menyayangkan lambannya petugas PMK ke lokasi kejadian, padahal jarak markas mereka dengan tempat kejadian hanya sekitar tiga kilometer,” pungkasnya.
Menurut saksi mata Lina, awalnya dirinya sempat tidak yakin, jika ada kebakaran karena cuaca saat itu dalam keadaan gerimis. Tapi, saat mendengar sirine mobil pemadam kebakaran, dirinya baru yakin, jika rumah tetangganya telah dilalap api. “Awalnya, hanya lihat asap. Saya berpikir, orang sedang membakar sampah apalagi cuaca sedang gerimis. Tapi saat mendengar sirine pemadam, saya baru yakin jika ada kebakaran,” ungkapnya, Minggu (30/11).
Sementara Itu, saat dikonfirmasi Koran Kaltara, pihak keluarga korban Nurlian (adik ipar korban) mengatakan, saat kejadian kakak iparnya Samsudin sedang baring sambil menjaga warung sembakonya. Kebetulan, saat itu keadaan rumah sepi. Ia juga mengatakan, belum ada keterangan resmi penyebab musibah kebakaran itu. Tapi, pihaknya menduga kebakaran ini disebabkan ledakan kompor gas, karena diketahui api berasal dari arah dapur.
“Dari keterangan kakak saya tadi, ia sedang baring menonton televisi di warungnya yang kebetulan dijaganya. Tiba-tiba, kobaran api yang menurutnya berasal dari arah dapur menyambarnya. Saat ini, kakak saya sudah dirujuk ke Kota Tarakan untuk mendapatkan perawatan, karena luka bakar yang dideritanya,” jelasnya. Selain itu, ia mengatakan dari musibah tersebut dipastikan kerugian materiil sekitar Rp100 juta.
Ia juga menyayangkan lambatnya petugas pemadam kebakaran ke lokasi kejadian, padahal jarak dari markas PMK menuju tempat kejadian tidak lebih dari tiga kilometer. “Selain kakak ipar saya yang menjadi korban luka bakar, kerugian yang kami terima atas musibah ini tidak sedikit. Diperkirakan, mencapai Rp100 juta. Selain itu, saya juga menyayangkan lambannya petugas PMK ke lokasi kejadian, padahal jarak markas mereka dengan tempat kejadian hanya sekitar tiga kilometer,” pungkasnya.